Darma Wijaya Dampingi Edy Rahmayadi Tinjau Kilang Padi Modern BUMD di Sergai

Rabu, 31 Agustus 2022 | 21.14 WIB

Bagikan:
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi didampingi Bupati Sergai, Darma Wijaya meninjau kilang padi modern di Dusun I, Desa Kotagaluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). (foto : mimbar)

SERGAI, (MIMBAR) - Modernisasi sistem penggilingan padi menggunakan mesin canggih menjadi satu jawaban untuk mempercepat produksi pertanian dan menyejahterakan petani. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) akan mendorong perluasan cakupan di berbagai daerah.

 

Hal itu disampaikan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi didampingi Bupati Sergai, Darma Wijaya dan Wakil Bupati Adlin Tambunan, serta sejumlah pejabat saat meninjau kilang padi di Dusun I, Desa Kotagaluh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Rabu (31/8/2022).

 

Diketahui kilang padi yang dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Dhirga Surya tersebut merupakan bagian dari program pembinaan petani padi bermartabat, dalam rangka pengadaan beras untuk Sumut Bermartabat.

 

Kilang padi yang menerapkan Sistem Resi Gudang (SRG) tersebut dilengkapi fasilitas Rice Milling Unit (RMU) dengan kapasitas input Gabah Kering Giling (GKG) 5 - 7 ton/jam dan output beras 3 ton/jam.  Juga ada driyer berkapasitas 30 ton Gabah Kering Panen (GKP) dan  Silo 2 x 30 ton GKG. Sehingga ditargetkan dapat menyerap 1.000 ton GKP/bulan

 

“Di negara lain itu orang sudah seperti ini, tidak menjemur, bikin lahan semen, dijemur, keringkan lewat matahari. Berapa lama waktu prosesnya. Inilah yang akan dikelola,” ujar Gubernur usai meninjau proses produksi.

 

Namun, kata Gubernur, proses produksi tersebut masih skala kecil jika dibandingkan dengan jumlah produksi padi dari petani di Kabupaten Sergai dengan luas areal persawahan sekitar 31 ribu hektare. Tetapi mesin tersebut memiliki keunggulan dengan hanya memerlukan waktu satu jam sejak gabah mulai diproses sampai menjadi beras dan dikemas dalam karung.

 

“Jadi tadi saya katakan, kalau memang benar ini bisa menyejahterakan rakyat, kenapa tidak. Memang kehadiran kami, DPRD, Bupati, ini kan untuk itu. Makanya saya datang ke sini. Karena banyak yang sudah ngomong (bicara) sana sini, tetapi saya lihat ini ada wujudnya yang bisa kita perbuat,” sebutnya.

 

Sebagai tindak lanjut, kata Gubernur, pihaknya akan menyiapkan kebijakan dan fasilitas agar pengelolaan proses produksi beras bisa dilakukan secara profesional. Karena menurutnya, langkah tersebut menggunakan uang rakyat.

 

Kalau ini sudah oke (berjalan), kita akan hitung nanti secara profesional, baru kita cerita target. Kalau sudah cerita target, kita harus biayai. Ini baru Rp15 Miliar. Kalau memang pasti, kenapa tidak Rp100 Miliar atau Rp 150 Milar, tidak ada masalah,” jelas Edy.


Bupati Sergai, Darma Wijaya menyampaikan jika kehadiran kilang padi PT. Dhirga Surya merupakan dukungan yang sangat signifikan bagi sektor pertanian di Kabupaten Tanah Bertuah Negeri Beradat. Apalagi, sebutnya, intensifikasi produksi pertanian menjadi salah satu langkah dalam menghadapi terpaan inflasi yang menjadi tantangan nasional pemulihan pasca pandemi Covid-19.


“Syukur alhamdullilah, Kabupaten Sergai saat ini berstatus sebagai salah satu daerah yang menjadi produsen beras terbesar di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Hal tersebut membuat Sergai menjadi lumbung padi Provinsi,” ungkap Bang Wiwik, sapaan akrab Bupati.


Dirinya mengatakan, kunjungan kali ini juga bertujuan untuk meninjau mesin baru di kilang PT. Dhirga Surya yang punya fungsi dalam pengolahan gabah. “Kilang padi ini sekarang sudah punya mesin pengering gabah. Jadi gabah yang baru dipanen, dapat langsung diolah. Tidak perlu waktu lama, gabah dapat diproses menjadi beras. Tidak perlu lagi bergantung atau mengandalkan sinar matahari untuk menjemur gabah, karena mesin ini dapat melakukan fungsi serupa,” jabarnya.


Bang Wiwik berharap, dengan semakin modernnya proses produksi di BUMD PT. Dhirga Surya, petani memiliki pilihan atau alternatif tambahan.


“BUMD ini bisa menjadi salah satu pilihan petani untuk menjual gabahnya. Kalau penyerapan gabah lebih baik, diharapkan harga gabah petani dapat menjadi lebih stabil. Hal tersebut diharapkan dapat berdampak dalam pengendalian inflasi di daerah,” ujarnya. (ron)


KOMENTAR