Mengajarkan Keterampilan Berfikir Kritis dalam Konteks Penerapan Kurikulum Merdeka

Senin, 17 April 2023 | 12.59 WIB

Bagikan:
BB Rumimbo, S.Pd, MA 

Penulis : BB Rumimbo, S.Pd, MA (Guru Fisika SMAN 2 Majene, Provinsi Sulawesi Barat)


Keterampilan berfikir kritis adalah suatu kemampuan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap individu, terlebih dalam era perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti saat ini. Keterampilan berfikir kritis penting untuk memampukan individu dalam melakukan analisis, evaluasi, serta sintesis informasi yang diperoleh. Hal ini sangat penting karena informasi yang kita terima tidak selalu benar, sehingga perlu untuk dikaji dengan cermat dan tidak hanya menerima begitu saja.


Pada konteks pendidikan, mengajarkan keterampilan berfikir kritis sangat penting dalam membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih baik. Keterampilan berfikir kritis dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang abstrak, mengembangkan kemampuan dalam menghubungkan konsep-konsep yang berbeda serta mengembangkan kreatifitas dalam menerapkan pembelajaran yang mereka terima kedalam konteks keseharian mereka. 


Kurikulum merdeka mengubah signifikan struktur kurikulum sebelumnya yakni kurikulum merdeka lebih menekankan pada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan tidak lagi membebani siswa dan guru untuk mengejar target kurikulum. Hal ini memberikan kesempatan bagi guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran dan memberikan ruang yang lebih banyak untuk siswa mengembangkan keterampilan abad 21 seperti berfikir kritis, berinovasi, kreatifitas dan komunikasi. 


Selain itu Kurikulum merdeka juga menekankan pentingnya mempertimbangkan perbedaan individu siswa dalam konteks pembelajaran. Setiap siswa memiliki latar belakang, pengalaman, dan karakteristik yang berbeda, termasuk gaya belajar dan tingkat pemahaman yang beragam. Dalam pembelajaran yang efektif, perbedaan ini harus diperhitungkan dan diakomodasi dengan baik oleh guru. Hal ini dapat dicapai melalui pendekatan pembelajaran berdifrensiasi yakni pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa dan mengakomodasi kebutuhan belajar mereka. 


Dalam tulisan ini akan dibahas penggunaan metode Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) dengan pendekatan pembelajaran berdifrensiasi sebagai upaya untuk mengajarkan siswa berfikir kritis dalam konteks penerapan Kurikulum Merdeka.


Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Kurikulum Merdeka. Salah satu landasan pengembangan kurikulum merdeka adalah filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara mengajarkan pentingnya mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman dalam mendidik siswa. Konsep kodrat alam dan kodrat zaman dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan harus mencerminkan kodrat alam manusia dan kecenderungan alamiah manusia untuk belajar dan mengembangkan diri, serta mempertimbangkan konteks sosial dan lingkungan sekitar sebagai bagian dari pembelajaran yang alamiah.


Selanjutnya konsep kodrat alam dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan keistimewaan dalam dirinya yang mencakup berbagai aspek seperti: bakat siswa, minat, gaya belajar, dan karakteristik pribadi lainnya yang berbeda-beda. Pendidikan yang mencerminkan kodrat alam manusia harus memperhatikan keunikan dan perbedaan ini. Guru sebagai ujung tombak pelaksana Pendidikan perlu merancang pembelajaran yang sesuai agar mendorong pengembangan potensi siswa secara maksimal sesuai bakat masing-masing siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mencerminkan konsep kodrat alam ini adalah pembelajaran berdifrensiasi, di mana pembelajaran dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan, bakat, dan minat unik setiap siswa.


Konsep kodrat zaman Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan zaman dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan. Salah satu tantangan masa depan yang harus dihadapi adalah tuntutan pentingnya penguasaan keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21, seperti kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan literasi digital, sangat penting untuk dipelajari dan diajarkan agar siswa dapat bersaing dan berkembang di dunia kerja yang semakin kompetitif.


Metode POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) dan Pembelajaran Berdifrensiasi : Kodrat Zaman dan Kodrat Alam dalam Konteks Kurikulum Merdeka


Dalam mengajarkan keterampilan abad 21, metode POGIL dapat digunakan. Metode POGIL menempatkan siswa sebagai aktor utama dalam pembelajaran dan mengajarkan keterampilan abad 21 dengan mengintegrasikan proses pemecahan masalah, pemikiran kritis, kolaborasi, dan komunikasi. Dalam metode POGIL, siswa belajar secara mandiri melalui kegiatan inkuiri, sementara guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. 


Dalam artikel "Application of POGIL in secondary school education: A review" oleh Kadam dan Waghmare (2020) dijelaskan bahwa metode POGIL dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa di sekolah menengah. Selain itu penggunaan metode POGIL dalam pembelajaran di sekolah menengah dapat membantu mengembangkan kemampuan kolaborasi dan komunikasi siswa. 


Metode POGIL menitikberatkan pada kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan siswa secara kolaboratif dalam kelompok kecil, dengan bimbingan dan fasilitasi dari guru sebagai pendamping. Setelah itu, siswa merefleksikan proses pembelajaran mereka untuk mengembangkan keterampilan metakognitif. 


Ada banyak variasi cara melakukan metode POGIL dalam kelas namun berikut ini penulis memberikan langkah-langkah penerapan metode POGIL yang mudah diadaptasi untuk pendidikan dasar dan menengah seperti yang dijelaskan oleh Palilingan, M. R. (2021) dalam artikel: "Enhancing students' critical thinking skills through process-oriented guided inquiry learning (POGIL) in junior high school". 


Langkah-langkah penerapan POGIL dalam artikel tersebut antara lain sebagai berikut :

Persiapan : Guru memilih topik dan menyiapkan pertanyaan serta bahan belajar siswa terkait topik tersebut.


Pelaksanaan : Siswa dibagi menjadi kelompok kecil (4-5 siswa) yang berbeda-beda setiap kali pertemuan. Didalamkelompok siswa mendiskusikan jawaban mereka untuk pertanyaan yang diberikan.


Setelah diskusi kelompok, setiap kelompok diminta untuk menyusun laporan tertulis yang berisi jawaban dan pemahaman mereka dan selanjutnya melakukan presentasi dimana siswa mempresentasikan laporan mereka di depan kelas. Kegiatan inti diakhiri dengan diskusi kelas dimana guru memfasilitasi diskusi kelas dan membantu siswa dalam membuat kesimpulan Bersama


Penutup : Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan refleksi diri dan mengevaluasi proses pembelajaran mereka. Dalam refleksi siswa berlatih mengembangkan keterampilan metakognitif agar memaknai sekolah sebagai arena berlatih menjadi pembelajar seumur hidup.


Secara khusus perlu digarisbawahi bahwa pada tahap persiapan, guru perlu menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan topik tersebut dan menyiapkan bahan belajar siswa. Dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan ini guru perlu mengingat kriteria pertanyaan yang sesuai dengan model inquiry yaitu:

1. Pertanyaan harus relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Merupakan pertanyaan terbuka sehingga siswa dapat mengeksplorasi ide-ide tanpa merasa terbatasi oleh jawaban yang benar atau salah.

3. Pertanyaan harus mendorong siswa untuk berpikir kritis dan melihat masalah dari berbagai sudut pandang.

4. Pertanyaan harus dapat dijawab dan tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.


Selanjutnya dalam untuk mengakomodasi perbedaan siswa dalam kemampuan, minat dan gaya belajar penerapan metode POGIL dengan pendekatan pembelajaran berdifrensiasi dapat dilaksanakan dalam bentuk:


Pertama, dalam pembelajaran berdifrensiasi konten, guru dapat menyediakan variasi materi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan level kesulitan yang berbeda atau memberikan tugas yang berbeda sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. 


Kedua, dalam pembelajaran berdifrensiasi proses, guru dapat memberikan panduan yang berbeda untuk masing-masing kelompok atau individu. Panduan ini dapat berupa pertanyaan yang lebih kompleks atau lebih mudah, atau panduan yang mengarahkan siswa pada proses yang berbeda. Selain dari pada itu guru juga dapat memfariasikan jenis bantuan yang dapat diberikan kepada setiap kelompok dalam menyelesaikan tugasnya sehingga siswa dapat melatih kemandirian belajarnya. 


Ketiga, dalam pembelajaran berdifrensiasi produk, guru dapat memberikan kebebasan pada siswa untuk mengekspresikan pemahaman mereka melalui produk yang berbeda. Produk ini dapat berupa laporan tertulis, presentasi, infografik, video, rekaman audio, produk kerajinan atau karya kreatif lainnya yang disesuaikan dengan bakat dan minat siswa. 


Dalam konteks Kurikulum Merdeka, penggunaan metode POGIL dengan pendekatan pembelajaran berdifrensiasi adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk memberikan layanan pendidikan yang mengakomodir kebutuhan belajar dan keunikan individu siswa serta dalam waktu bersamaan dapat memfasilitasi siswa mengembangkan keterampilan berfikir kritis yang sangat penting  dimiliki siswa agar siap menghadapi tantangan dunia nyata di masa depan.


KOMENTAR